Depresi
merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pada pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa
dan tidak berdaya serta bunuh diri (Kaplan, 2010). Data
WHO tahun di 2006 menyebutkan bahwa prevalensi depresi di Indonesia mencapai
13,2 juta jiwa
sedangkan prevalensi di
dunia sekitar 121 juta jiwa
dimana kejadian depresi ini lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan
pria. Pada tahun 2020
deperkirakan depresi akan menempati masalah kesehatan nomor dua terbesar setelah
penyakit kardiovaskular.
Gejala depresi dapat berupa perubahan kondisi fisik, perubahan pikiran,
perubahan perasaan, dan perubahan pada kebiasaan sehari-hari. Perubahan pada kondisi fisik diantaranya adalah penurunan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, dan sakit kepala tanpa
penyebab fisik. Perubahan pikiran dapat
berupa merasa bingung, lambat dalam berfikir,
penurunan konsentrasi, sulit
mengingat informasi, sulit
membuat keputusan, kurang
percaya diri, merasa
bersalah dan tidak mau dikritik, halusinasi
ataupun delusi (biasanya terjadi pada
kasus depresi berat), dan adanya pikiran untuk
bunuh diri. Perubahan perasaan yang sering terjadi antara lain penurunan
ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri, merasa bersalah dan tak
berdaya, merasa sedih, sering menangis tanpa
alasan yang jelas, iritabilitas,
marah dan terkadang agresif. Perubahan
pada kebiasaan sehari-hari seperti menjauhkan diri dari lingkungan sosial, menunda pekerjaan rumah, dan penurunan aktivitas
fisik juga biasa terjadi pada pasien dengan depresi.
Penderita dengan gangguan depresi perlu didukung dengan empati, dengan
menekankan bahwa mereka dapat ditolong dan diobati. Kebanyakan dari mereka
merasa putus asa dan merasa tidak berdaya. Ketidak-empatian seperti mengatakan
kepada mereka untuk senyum, bergembira, jangan malas, bergaul, dsb. harus
dihindari karena hal tersebut akan membuat mereka lebih terpuruk.
Yoga merupakan salah satu terapi yang
dianjurkan untuk
pasien dengan depresi. Yoga berasal
dari bahasa Sansekerta “yuj” yang
artinya union atau penyatuan. Maksud dari
penyatuan tersebut adalah penyatuan antara tubuh,
napas dan pikiran.
Sedangkan menurut kitab kuno, yoga adalah ilmu
yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang harmonis melalui pengendalian
pikiran dan tubuh.
Sejumlah penelitian menyatakan bahwa yoga
bermanfaat dalam mengurangi gejala depresi,
kecemasan, memperbaiki gangguan mood akut dan memungkinkan modulasi kortisol yang dapat membuat seseorang merasa rileks.Variasi dalam memberikan terapi yoga
tergantung pada keluhan yang dialami oleh pasien, akan tetapi terapi ini tidak bisa dilakukan
pada pasien yang memiliki penurunan mobilitas atau kecacatan. Pemberian terapi yoga
harus memenuhi beberapa aspek yang menjadi syarat dalam kegiatan yoga yaitu berpikir, berkata dan berbuat
benar (trikaya parisudha); latihan
fisik (asana); latihan
napas (pranayama); istirahat
(relaksasi); meditasi; dan pola makan yang benar. Terdapat bermacam –
macam teknik untuk melakukan yoga, baik
itu dari asana hingga latihan bernafas. Untuk
mengatasi depresi diperlukan teknik yoga yang efektif dan sesuai
dengan tingkat keparahan depresi dan respon pasien terhadap terapi yoga.
Selain untuk mengatasi depresi, yoga juga bermanfaat terhadap sistem
pernapasan. Latihan napas (pranayama)
pada yoga dilakukan dengan mengatur napas secara
lambat dan dalam yaitu sekitar 3-4 kali per menit. Latihan napas ini akan meningkatkan
jumlah udara yang dipertukarkan di dalam paru-paru. Pada kondisi normal, jumlah
udara yang masuk ke dalam paru-paru dalam satu menit adalah sebanyak 16 x 500
ml, sedangkan pada saat melakukan latihan yoga jumlahnya meningkat hingga 4 x
4800 ml. Dengan demikian melakukan
yoga
akan memperkaya oksigen di dalam tubuh.
Beberapa manfaat yoga terhadap sistem pernapasan antara lain meningkatkan
kapasitas pernapasan, memperbaiki pengaturan napas, dan menambah suplai oksigen.
Berlatih yoga akan
memberikan manfaat langsung pada jantung, yaitu menurunkan laju atau frekuensi detak jantung
(efek kronotropik negatif) dan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek
inotropik positif), sehingga para peyoga memiliki detak nadi relatif lambat seperti
para atlet. Manfaat yoga pada pembuluh darah antara lain
dapat membantu mengembalikan darah ke jantung, memperbaiki sistem pembuluh
darah kecil, meningkatkan sirkulasi darah sampai dengan tingkat sel,
membersihkan kerak kolesterol dan melancarkan aliran darah dan menormalkan
tekanan darah. Selain itu, latihan yoga juga dapat memperkaya oksigen
sehingga oksigenasi sel membaik. Yoga juga membuat sel-sel darah putih bekerja
dan bergerak lebih aktif sebagai mekanisme pertahanan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Agte, V.V., Jahagirdar,
M.U., Tarwadi, K.V. 2011. The Effects
of Sudarshan Kriya Yoga
on Some Physiological and Biochemical
Parameters in Mild
Hypertensive Patients. Indian J Physiol Pharmacol; 55 (2) :
183–187.
Asmarani, D. Yoga
Untuk Semua. Jakarta: Gramedia.
Brown, R.P., Gerbarg, P.L. 2005. Sudarshan Kriya Yogic Breathing in the
Treatment of Stress, Anxiety, and Depression: Part I-Neurologic Model. The
Journal of Alternative and Complementary Medicine, 11(1): 189-20.
Jain, A.D. 2005. Phycology in
India.The
Psychologist, Vol. 18, No. 4.
Lalvani, V. 2005. Dasar Dasar Yoga. Jakarta: Erlangga.
Pilkington, K., Kirkwood, G., Rampes, H., Richardson,
J. 2005. Yoga for Depression: The research evidence. Journal of Affective Disorders 89: 13–24.
Saxton, J.M. 2011. The health benefits of yoga A review of
the scientific literature. Diakses dari http://feelhotyoga.co.uk pada
tanggal 14 April 2012 pukul 19.30
Semiun, Y. 2006. Kesehatan
Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Wiadnyana, M.S. The
Power of Yoga for Middle Age. Jakarta: Gramedia.
Woolery, A., Myers, H., Sternlieb, B.,
Zeltzer, R. 2004. A Yoga Intervention
for Young Adults
with Elevated Symptomps
with Depression.
Alternative Therapies in Health &
Medicine 10 (2).