Pages

Minggu, 07 Oktober 2012

Beruntungnya Aku Pilih IT-Class ^^




      Nah, ini nih salah satu keuntungan masuk IT-class…, bisa fieldtrip ke RSUD Banyumas sekalian jalan-jalan ke Batur Raden bareng temen2 kampus. Hehe…
      Waktu awal semester kemarin, aku bingung mau pilih apa di program elective. Ada English Language, Japanese Language, n Nursing Informatics. Aku pengen ikut semuanya, tapi sayang cuma bisa pilih salah satu. Tapi karena aku merasa gaptek dan butuh info tentang IT, akhirnya aku pilih nursing informatics. Niatnya sih biar besok setelah selesai blok ini jadi lebih canggih.., masak hari gini masih gaptek aja..
ntar kalah sama pasiennya, malu donk..!! Sebenernya aku bingung, apa sih nursing informatics itu? Materi kuliahnya kayak apa? Tanya temen2 juga nggak ada yang tau. Akhirnya aku nekat pilih nursing IT, tanpa tau apa aja yang bakalan dipelajari. Tapi sekarang aku ngerasa beruntung banget bisa masuk IT-class. Why…??? 
      Karena di kelas ini banyak banget informasi baru yang aku dapet. Mulai dari epi-info, SIMKES, penggunaan medical application, sampe pembuatan blog. Jujur aja, ini baru pertama kalinya aku bikin blog. Jadi harap maklum kalau tampilannya masih berantakan, cz masih belajar. Hehe…
      Semua materi itu menurutku penting banget. Karena sekarang kan perkembangan IPTEK pesat banget, sayang kalo nggak dimanfaatin. Padahal dengan memanfaatkan teknologi, perawat bisa meningkatkan kualitas, efektifitas, dan efisiensi asuhan keperawatan dan hal tersebut akan berdampak pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan. 
      Pokoknya nursing informatics keren abizz deh…!! Bisa bikin kerjaan perawat lebih ringan dan lebih enak diliat (cz pake gadget yang keren2). Buat adek2 angkatanku, ayo taun depan gabung di IT-class…!! Dijamin puas deh…!! Buat temen2 seangkatan yang belum dapet kesempatan masuk IT-class, jangan sedih ya… Kalau mau tanya informasi seputar nursing informatics, kalian bisa gabung sama teman2 dari IT-class. Insyaallah, kami semua nggak pelit buat sharing informasi.

Sabtu, 06 Oktober 2012

About me…


      SAHARA merupakan singkatan dari SAHAbat peRAwat. Blog yang berisi berbagai informasi mengenai kesehatan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi sahabat-sahabat perawat, mahasiswa keperawatan, maupun teman-teman yang memerlukan informasi mengenai kesehatan. Dalam bahasa arab Sahara berarti bulan. Semoga blog ini bisa menjadi sahabat setia bagi teman-teman seperti bulan yang selalu setia menemani dan menerangi malam ^^

Buat teman-teman yang mau menghubungi aku buat sharing atau mau tanya2 bisa ke:
e-mail             : dwiastuti_widya@yahoo.co.id

Selamat membaca…!! Semoga bermanfaat :)

Pusing Ngapalin NANDA, NOC, NIC…??? Kan Udah Ada SIMKEP

      Buat sahabat-sahabat perawat, asuhan keperawatan pasti sudah menjadi makanan sehari-hari. Mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi, sampai dengan dokumentasi. Tapi, apakah teman-teman sudah hafal NANDA, NOC, dan NIC..?? Hayooo.., pasti banyak yang belum hafal kan? Padahal itu penting baget lho buat meningkatkan profesionalitas kerja kita sebagai perawat. Secara NANDA, NOC, NIC kan merupakan standar askep internasional. Masak iya kita mau sibuk bukain NANDA pas ketemu pasien? Kapan ngerawat pasiennya? Terus, apakah teman-teman juga sudah mendokumentaskan askep secara lengkap? Hmmm.., pasti beberapa diantara teman-teman ada yang belum melakukannya. Ayo ngaku..!! Padahal menurut Kozier (1990), dokumentasi keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan lho... 
      Menurut Hariyati (2002), saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari kalau tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu, banyak juga pihak yang menyebutkan bahwa kurangnya dokumentasi disebabkan karena banyak perawat yang nggak tau data apa saja yang harus dimasukkan dan gimana cara mendokumentasikannya. Bener nggak? 
      Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan butuh waktu banyak untuk mengisinya. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga punya kelemahan yaitu sering hilang. Dokumentasi asuhan keperawatan yang berupa lembaran-lembaran kertas biasanya sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga butuh tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali kalau sewaktu-waktu dokumentasi tersebut diperlukan. Kondisi tersebut membuat perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pada khususnya, dan akhirnya pelayanan yang diberikan kepada pasien akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien.
      Wah, kok banyak banget sih kekurangan dokumentasi keperawatan secara tertulis? Mulai dari harus ngapalin NANDA, NOC, NIC, dokumennya sering ilang, ngabisin waktu, sampe2 bisa ngerugiin pasien. Terus, gimana cara ngatasinnya? Tenang aja.., sekarang kan udah ada SIMKEP. Apa sih SIMKEP itu? 
     Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMKEP) adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989). Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga lebih efektif dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan (Liaw, 1993). Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan. Menurut Herring dan Rochman (1990) dalam Emilia (2003), beberapa institusi kesehatan yang menerapkan sistem komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokumentasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan. 
      SIMKEP juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan (Eko, 2001). Informasi askep dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka infeksi nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan sebagai informasi bagi tim kesehatan yang lain (Udin dan Martin, 1997). Dengan adanya SIMKEP yang berbasis NANDA, NOC, dan NIC, perawat nggak perlu pusing lagi buat ngapalin buku setebal itu. Cukup “klik” pilihan yang ada di aplikasi SIMKEP, beres deh tugas kita buat mendokumentasikan askep. Keren banget kan..?? 
      Tapi, sampai saat ini implementasi sistem informasi manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat minim, bahkan masih banyak perawat yang belum mengenal SIMKEP. Makannya, ayo teman-teman ikut berkontribusi buat mengembangkan SIMKEP. Biar besok kerjaan kita sebagai perawat bisa lebih ringan. Nggak perlu lagi capek-capek nulis buat dokumentasi, nggak perlu pusing lagi nyari dokumen yang ilang gara-gara keselip, nggak perlu lagi bukain NANDA, NOC, NIC yang tebel-tebel waktu ketemu pasien, cukup dengan SIMKEP, semuanya jadi beres. Tapi NANDA, NOC, NIC nya tetep harus dipelajari dan dipahami ya…!!!

Kamis, 04 Oktober 2012

Konsumsi Obat Tidur Meningkatkan Kualitas Tidur…???



Gangguan tidur merupakan hal yang sering dijumpai pada orang dewasa terutama lansia. Gangguan tidur adalah kondisi terputusnya tidur yang mana pola tidur-bangun seseorang berubah dari pola kebiasaannya, hal ini menyebabkan penurunan baik kuantitas maupun kualitas tidur seseorang (Buysse et al., 1989 cit. Modjod, 2007). Gangguan tidur kronis dapat menyebabkan gangguan fungsional pada siang hari, rasa kantuk di siang hari, kelelahan, penurunan kualitas hidup, dan dapat meningkatkan kebutuhan perawatan kesehatan (Vitiello et al., 2009). Sebagian orang yang mengalami gangguan tidur memilih mengkonsumsi obat tidur dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas tidurnya. Namun, apakah konsumsi obat tidur tersebut dapat meningkatkan kualitas tidur?
Menurut Ouellet (1995), kualitas tidur merupakan penilaian individu mengenai kenyenyakan tidur, persepsi tentang pergerakan selama tidur dan pengkajian umum dari kualitas tidur. Kualitas tidur yang baik diperlihatkan dengan mudahnya seseorang memulai tidur saat jam tidur, mempertahankan tidur, menginisiasi untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari, dan peralihan dari tidur ke bangun di pagi hari dengan mudah (LeBourgeois et al., 2005 cit. Saputri, 2009).
Pengukuran kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari tujuh komponen, yaitu kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur (durasi mulai dari berangkat tidur hingga tertidur), durasi tidur (dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di pagi hari), efisiensi kebiasaan tidur (rasio persentase antara jumlah total jam tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan di tempat tidur), gangguan tidur, disfungsi di siang hari, dan penggunaan obat yang mengandung sedatif.
Penggunaan obat-obatan yang mengandung sedatif mengindikasikan adanya masalah tidur. Obat-obatan mempunyai efek terhadap terganggunya tidur pada tahap REM. Oleh karena itu, setelah mengkonsumsi obat yang mengandung sedatif, seseorang akan dihadapkan pada kesulitan untuk tidur yang disertai dengan frekuensi terbangun di tengah malam dan kesulitan untuk kembali tertidur, semuanya akan berdampak langsung terhadap penurunan kualitas tidur (Buysse et al., 1989 cit. Modjod, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
Modjod, D. 2007. Insomnia Experience, Management Strategies, and Outcomes in ESRD Patients Undergoing Hemodialysis [Tesis]. Mahidol University.
Ouellet, M.T.N. 1995. Sleep Satisfaction of Older Adult Living in the Community and Related Factors [Tesis]. Case Western Reserve University, Frances.
Saputri, D. 2009. Hubungan antara Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur pada Lanjut Usia di Dusun Sendowo, Kelurahan Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta [Skripsi]. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Vitiello, M.V., Rybarczyk, B., Korff, M.V., Stepanski, E.J. 2010. Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia Improves Sleep and Decreases Pain in Older Adults with Co-Morbid Insomnia and Osteoarthritis. Sleep Med 5(4):355-362.

Senin, 01 Oktober 2012

ATASI DEPRESI DENGAN YOGA



      Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri (Kaplan, 2010). Data WHO tahun di 2006 menyebutkan bahwa prevalensi depresi di Indonesia mencapai 13,2 juta jiwa sedangkan prevalensi di dunia sekitar 121 juta jiwa dimana kejadian depresi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Pada tahun 2020 deperkirakan depresi akan menempati masalah kesehatan nomor dua terbesar setelah penyakit kardiovaskular.
Gejala depresi dapat berupa perubahan kondisi fisik, perubahan pikiran, perubahan perasaan, dan perubahan pada kebiasaan sehari-hari. Perubahan pada kondisi fisik diantaranya adalah  penurunan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, dan sakit kepala tanpa penyebab fisik. Perubahan pikiran dapat berupa merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi, sulit mengingat informasi, sulit membuat keputusan, kurang percaya diri, merasa bersalah dan tidak mau dikritik, halusinasi ataupun delusi (biasanya terjadi pada kasus depresi berat), dan adanya pikiran untuk bunuh diri. Perubahan perasaan yang sering terjadi antara lain penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri, merasa bersalah dan tak berdaya, merasa sedih, sering menangis tanpa alasan yang jelas, iritabilitas, marah dan terkadang agresif. Perubahan pada kebiasaan sehari-hari seperti menjauhkan diri dari lingkungan sosial, menunda pekerjaan rumah, dan penurunan aktivitas fisik juga biasa terjadi pada pasien dengan depresi.
Penderita dengan gangguan depresi perlu didukung dengan empati, dengan menekankan bahwa mereka dapat ditolong dan diobati. Kebanyakan dari mereka merasa putus asa dan merasa tidak berdaya. Ketidak-empatian seperti mengatakan kepada mereka untuk senyum, bergembira, jangan malas, bergaul, dsb. harus dihindari karena hal tersebut akan membuat mereka lebih terpuruk.
Yoga merupakan salah satu terapi yang dianjurkan untuk pasien dengan depresi. Yoga berasal dari bahasa Sansekerta “yuj” yang artinya union atau penyatuan. Maksud dari penyatuan tersebut adalah penyatuan antara tubuh, napas dan pikiran. Sedangkan menurut kitab kuno, yoga adalah ilmu yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang harmonis melalui pengendalian pikiran dan tubuh.
Sejumlah penelitian menyatakan bahwa yoga bermanfaat dalam mengurangi gejala depresi, kecemasan, memperbaiki gangguan mood akut dan  memungkinkan modulasi kortisol yang dapat membuat seseorang merasa rileks.Variasi dalam memberikan terapi yoga tergantung pada keluhan yang dialami oleh pasien, akan tetapi terapi ini tidak bisa dilakukan pada pasien yang memiliki penurunan mobilitas atau kecacatan. Pemberian terapi yoga harus memenuhi beberapa aspek yang menjadi syarat dalam kegiatan yoga yaitu berpikir, berkata dan berbuat benar (trikaya parisudha); latihan fisik (asana); latihan napas (pranayama); istirahat (relaksasi); meditasi; dan pola makan yang benar. Terdapat bermacam – macam teknik  untuk melakukan yoga, baik itu dari asana hingga latihan bernafas. Untuk mengatasi depresi diperlukan teknik yoga yang efektif dan sesuai dengan tingkat keparahan depresi dan respon pasien terhadap terapi yoga.
Selain untuk mengatasi depresi, yoga juga bermanfaat terhadap sistem pernapasan.  Latihan napas (pranayama) pada yoga dilakukan dengan mengatur napas secara lambat dan dalam yaitu sekitar 3-4 kali per menit. Latihan napas ini akan meningkatkan jumlah udara yang dipertukarkan di dalam paru-paru. Pada kondisi normal, jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru dalam satu menit adalah sebanyak 16 x 500 ml, sedangkan pada saat melakukan latihan yoga jumlahnya meningkat hingga 4 x 4800 ml. Dengan demikian melakukan yoga akan memperkaya oksigen di dalam tubuh. Beberapa manfaat yoga terhadap sistem pernapasan antara lain meningkatkan kapasitas pernapasan, memperbaiki pengaturan napas, dan menambah suplai oksigen. 
Berlatih yoga akan memberikan manfaat langsung pada jantung, yaitu menurunkan laju atau frekuensi detak jantung (efek kronotropik negatif) dan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik positif), sehingga para peyoga memiliki detak nadi relatif lambat seperti para atlet. Manfaat yoga pada pembuluh darah antara lain dapat membantu mengembalikan darah ke jantung, memperbaiki sistem pembuluh darah kecil, meningkatkan sirkulasi darah sampai dengan tingkat sel, membersihkan kerak kolesterol dan melancarkan aliran darah dan menormalkan tekanan darah. Selain itu, latihan yoga juga dapat memperkaya oksigen sehingga oksigenasi sel membaik. Yoga juga membuat sel-sel darah putih bekerja dan bergerak lebih aktif sebagai mekanisme pertahanan tubuh. 


DAFTAR PUSTAKA

Agte, V.V., Jahagirdar, M.U., Tarwadi, K.V. 2011. The Effects of Sudarshan Kriya Yoga on Some Physiological and Biochemical Parameters in Mild Hypertensive Patients. Indian J Physiol Pharmacol; 55 (2) : 183–187.
Asmarani, D. Yoga Untuk Semua. Jakarta: Gramedia.
Brown, R.P., Gerbarg, P.L. 2005. Sudarshan Kriya Yogic Breathing in the Treatment of Stress, Anxiety, and Depression: Part I-Neurologic Model. The Journal of Alternative and Complementary Medicine, 11(1): 189-20.
Jain, A.D. 2005. Phycology in India.The Psychologist, Vol. 18, No. 4.
Lalvani, V. 2005. Dasar Dasar Yoga. Jakarta: Erlangga.
Pilkington, K., Kirkwood, G., Rampes, H., Richardson, J. 2005. Yoga for Depression: The research evidence. Journal of Affective Disorders 89: 13–24.
Saxton, J.M. 2011. The health benefits of yoga A review of the scientific literature. Diakses dari  http://feelhotyoga.co.uk pada tanggal 14 April 2012 pukul 19.30
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Wiadnyana, M.S. The Power of Yoga for Middle Age. Jakarta: Gramedia.
Woolery, A., Myers, H., Sternlieb, B., Zeltzer, R. 2004. A Yoga Intervention for Young Adults with Elevated Symptomps with Depression. Alternative Therapies in Health & Medicine 10 (2).