A. Definisi
Family
meeting di ICU merupakan forum yang penting untuk berdskusi tentang
kondisi pasien, prognosis, pilihan perawatan, serta untuk mendengarkan
kekhawatiran keluarga, dan untuk pengambilan keputusan tentang tujuan yang
sesuai untuk pasien dengan kondisi kritis, yang biasanya tidak memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi dalam diskusi sehingga harus bergantung pada anggota keluarga atau
orang lain sebagai pengganti pasien (Nelson et al., 2009; Gay et al., 2009). Diskusi tersebut seringkali membahas masalah
penting terkait hidup dan mati pasien, seperti manfaat dan beban dari terapi,
serta tujuan dan nilai-nilai dari pasien dan keluarga (Gay
et al., 2009). Dengan
berpartisipasi dalam family meeting,
tim interdisiplin di ICU dapat memberikan informasi yang lebih banyak lagi dan
memberikan support untuk mengatasi masalah emosional keluarga(Gay et al., 2009).
Family meeting tidak hanya ditujukan
untuk meningkatkan kondisi kesehatan dan kualitas hidup pasien, tetapi juga
memberikan dukungan emosional dan spiritual untuk pasien dan keluarga (Foreman et al., 2010). Komunikasi yang baik yang
dilakukan dengan segera di ICU dapat memandu penggunaan teknologi life-support yang sesuai untuk pasien
dengan kemungkinan survival yang tinggi dan memungkinkan penarikan segera
bantuan life-support ketika halt
tersebut tidak efektif (Lilly et al.,
2003 cit. Foreman et al., 2010).
B. Hambatan
dalam family meeting
Penelitian menunjukkan bahwa family meeting memiliki
manfaat yang jelas bagi pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan, namun
berbagai bukti menunjukkan bahwa family meeting gagal dilakukan pada sebagian
besar pasien di ICU (Gay et al., 2009). Penyebab kegagalan family meeting antara lain:
1. Waktu
Beberapa
tenaga medis di rumah sakit tidak memiliki waktu untuk melakukan diskusi secara
teratur dengan keluarga pasien di ICU. Di Amerika Serikat, rata-rata pasien di
ICU mencapai 10 orang. Meskipun data mengenai durasi family meeting terbatas, namun biasanya kegiatan ini dilakukan
selama 30 menit. Dari angka tersebut, tampak bahwa seorang tenaga kesehatan harus menghabiskan waktu 5 jam sehari untuk
bertemu dengan keluarga masing-masing pasien. Waktu tambahan juga diperlukan
untuk mengatur, mempersiapkan, serta mendokumentasikan kegiatan ini.
Untuk beberapa pasien
dan keluarga dengan masalah yang
sederhana, family meeting mungkin
dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Namun, untuk pasien dengan masalah
yang kompleks, diskusi tersebut biasanya tidak sederhana dan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Keluarga juga tidak hanya menginginkan informasi, namun juga
menginginkan kesempatan untuk didengar. Selain itu, keluarga pasien ICU sering
mengalami masalah emosional seperti cemas, depresi, trauma, tertekan, atau
berduka yang dapat mengganggu proses penerimaan informasi, sehingga penyampaian
informasi harus dilakukan secara perlahan dan berulang-ulang untuk memastikan
bahwa keluarga paham.
2.
Multiple
caregiver
Perawatan
pasien di ICU sering terfragmentasi antara beberapa tenaga profesional.
Kebanyakan pasien ICU biasanya dirawat oleh berbagai spesialis yang
masing-masing berfokus pada disfungsi organ atau sistem pasien. Adanya
pergantian shift pada perawat juga menambah kompleksitas. Dengan jumlah
caregiver yang begitu banyak untuk setiap pasien menyebabkan ketidak jelasan
tentang siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatan family meeting. Dokter mungkin berasumsi bahwa perawat atau
caregiver lain bertanggung jawab akan hal tersebut, begitupun sebaliknya,
sehingga terjadi kegagalan dalam family
meeting. Keluarga juga sering mengalami keraguan untuk memulainya, terutama
jika mereka tidak tahu siapa yang harus dihubungi untuk melakukan family
meeting. Meskipun tanggung jawab tentang siapa yang melakukan komunikasi sudah
jelas, seorang caregiver akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan semuanya
seperti yang keluarga inginkan. Idealnya, seorang caregiver akan mempersiapkan family meeting dengan berdiskusi
terlebih dahulu dengan rekan-rekannya yang menangani pasien dengan masalah yang
spesifik. Hal ini sangat sulit dilakukan, karena akan memakan waktu.
3. Skill
Komunikasi
yang efektif dengan keluarga pasien ICU membutuhkan keterampian yang baik. Dokter
harus mampu menjelaskan fisiologi dan teknologi yang kompleks dengan
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh orang awam, memberikan informasi
tentang prognosis pasien, dan memperoleh informasi tentang niai-nilai, tujuan,
dan pilihan pengobatan pasien, mendengarkan dengan sabar, mengatasi gangguan emosional
termasuk kemarahan, kesedihan, dan rasa bersalah pada keluarga, membantu dalam
pengambilan keputusan mengenai terapi untuk mempertahankan hidup, mempersiapkan
keluarga terhadap kematian pasien, dan untuk bernegosiasi terhadap penyelesaian
konflik. Kurangnya keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kendala family meeting di ICU.
4. Budaya
dan bahasa
Tantangan
komunikasi diperparah oleh keberagaman budaya pasien. Dokter atau perawat
mungkin menghadapi berbagai macam sikap pasien maupun keluarga terkait dengan
penyakit, kematian, keterbukaan informasi, pembuatan keputusan, terapi untuk
mempertahankan hidup, yang semuanya dipengaruhi oleh budaya masing-masing.
5. Stress
Kematian
merupakan hal yang sering dijumpai di ICU dibandingkan dengan bangsal lain di
rumah sakit. Penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan di ICU sering
terganggu oleh ketakutannya terhadap proses dying.
Waktu kerja yang panjang, pengambilan keputusan tentang triase dan terapi
menimbulkan berbagai konsekuensi. Perubahan status pasien secara cepat
menyebabkan kurangnya waktu untuk beristirahat atau mengurangi ketegangan
terutama dalam menghadapi tekanan institusional untuk memaksimalkan BOR dan
meminimalkan LOS. Family meeting
mungkin menambah stress bagi dokter maupun perawat di ICU, sehingga pada
waktu-waktu tertentu mereka mungkin akan menghindari keuarga sebagai strategi
untuk melindungi diri.
6. Keterbatasan
ruang
Sebagian
besar ICU tidak memiliki ruangan khusus yang sesuai untuk family meeting. Meskipun hal tersebut tampak seperti masalah kecil,
keluarga kadang-kadang merasa khawatir
jika pasien yang tampaknya tidak sadar bisa mendengar pembicaraan mereka.
Diskusi di ruang tunggu tidak hanya mengganggu privasi pasien dan anggota
keluarga tapi juga dapat menyebabkan stress bagi keluarga lain yang tidak
sengaja mendengarnya. Tidak adanya ruangan yang tepat untuk family meeting berhubungan dengan
peningkatan kecemasan dan depresi pada keluarga pasien di ICU.
7. Ketidakjelasan
tujuan
Hampir
setiap tugas akan lebih mudah dikerjakan apabila tujuannya jelas. Pada family meeting di ICU, kejelasan ini
sering kurang. Tujuan dari family meeting
bervariasi, dipengaruhi faktor status medis pasien pada waktu tertentu,
ketersediaan informasi diagnostik atau terapeutik baru, permintaan keluarga
untuk berdiskusi tentang topik tertentu, riwayat family meeting sebelumnya, dan pemahaman, minat, serta penerimaan
keluarga. Beberapa family meeting
berfokus pada perawatan end of life,
termasuk diskusi tentang manfaat dan beban yang ditimbulkan dari terapi untuk
mempertahankan hidup, dan proses penarikan terapi tersebut.
C. Strategi
dalam family meeting
1. Memaksimalkan
efisiensi waktu dokter.
Langkah
pertama yang dapat dilakukan adalah meminta dokter untuk menentukan hari dan
waktu yang paling nyaman untuk melakukan family
meeting setiap minggunya. Hal tersebut dapat digunakan untuk membuat jadwal
mingguan. Jadwal tersebut kemudian diprint dan dipasang di ICU dan ruang tunggu
keluarga, dapat juga dibuat leaflet atau dokumen independent yang
didistribusikan secara pribadi oleh staff setiap keluarga mengunjungi ICU.
Selama family meeting, partisipasi
doketr sangat penting karena keluarga biasanya ingin mendengar langsung dari
dokter yang bertanggung jawab tentang kondisi dan prognosis pasien.
2. Gunakan
alat bantu informasi cetak
Penggunaan bahan
informasi cetak dapat berfungsi sebagai strategi lain untuk mencapai efisiensi
waktu serta manfaat lain dalam berkomunikasi dengan keluarga. Penelitian
menunjukkan bahwa leaflet dan brosur sangat bermanfaat untuk keluarga pasien,
termasuk informasi tentang topik yang sensitif seperti berkabung. Selain itu,
penelitian lain menunjukkan bahwa materi cetak dapat berfungsi sebagai alat bantu
pengambilan keputusan, meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan pengobatan, menciptakan harapan outcome yang lebih realistis, dan melibatkan pasien atau keluarga
dalam pengambilan keputusan. Alat bantu tersebut efektif untuk beragam
keputusan, termasuk keputusan tentang tindakan untuk mempertahankan kehidupan
seperti ventilasi mekanik dan tube
feeding. Beberapa ICU juga telah mengembangkan buklet family meeting yang menggambarkan sifat dan tujuan family meeting, menjelaskan peran dari
setiap partisipan, dan mendorong keluarga untuk mempersiapkan topik dan
merumuskan pertanyaan. Materi ini dapat membantu menstruktur dan memfokuskan
diskusi sehingga dapat mempersingkat family
meeting.
3. Memberikan
edukasi pada dokter tentang adanya jasa layanan sebagai pengganti waktu yang
dihabiskan untuk family meeting
Peraturan
yang berkaitan dengan pembayaran untuk layanan critical care mungkin diinterpretasikan oleh beberapadokter sebagai
penghalang dalam memperoleh jasa layanan. Namun, ketentuan yang berlaku
menyebutkan bahwa layanan tersebut sebenarnya merupakan pengganti layanan critical care. Layanan family meeting dapat dihitung sebagai
layanan critical care ketika memenuhi
kriteria di sebagai berikut:
a. Pasien
tidak mampu untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan.
b. Diskusi
diperlukan untuk menentukan keputusan pengobatan.
Untuk
memperoleh jasa layanan, dokter juga perlu melakukan dokumentasi terkait:
a. Ketidakmampuan
pasien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan pengobatan.
b. Adanya
kebutuhan untuk melakukan diskusi.
c. Adanya
kebutuhan untuk membuat keputusan pengobatan sehingga diperlukan diskusi.
d. Rangkuman
pada rekam medis yang mendukung adanya kebutuhan diskusi.
4.
Menyertakan family meeting pada checklist,
lembar tujuan, dan reminder tools
Penggunaan
reminder tools efektif dalam
meningkatkan praktik family meeting.
Di tempat kerja yang kompleks dan dengan intensitas tinggi seperti ICU, checklist dan reminder tools berperan penting dalam meningkatkan kepatuhan kerja.
Implementasi daily goal form juga
meningkatkan proporsi dokter dan perawat yang mengerti tujuan perawatan pasien
di ICU dari 10% menjadi lebih dari 95% dan juga secara signifikan mengurangi
LOS.
5. Memperjelas
tujuan pertemuan dengan menggunakan simple
tool
Simple tool
dapat digunakan untuk memperjelas tujuan pertemuan. Pada tool ini terdapat
daftar tujuan yang lazim pada family
meeting di ICU. Tool ini juga menyediakan space untuk mengidentifikasi
tujuan yang jarang ditargetkan pada pasien ICU, tapi mungkin penting bagi
beberapa pasien.
6. Melibatkan
dan memberdayakan perawat dalam family
meeting
Perawat
merupakan tenaga medis yang mengembangkan hubungan paling dekat dengan pasien
dan keluarga. Karena berbagai alasan, perawat tidak selalu berpartisipasi
secara aktif dalam family meeting dan
mungkin tidak hadir saat dokter mengadakan family
meeting di tempet yang jauh dari
tempat tidur pasien. Hal ini sangat disayangkan karena perspektif keperawatan adalah unik.
Keluarga menghargai komunikasi dengan perawat,
dan perawat juga mengungkapkan minatnya dalam mengembangkan perannya, serta
merasa frustrasi akan keterbatasan yang dirasakan. Keterlibatan perawat yang
lebih besar pada family meeting dapat
membantu meringkankan beban dalam hal mengatur dan menyelenggarakan family meeting yang saat ini dibebankan
terutama pada dokter. Ada beberapa topik tertentu yang keluarga hanya mau berdiskusikan
dengan dokter. Namun, idealnya perawat juga harus terlibat dalam family meeting karena perawat dapat
berkontribusi dalam banyak hal. Salah satu peran penting perawat adalah untuk
memfokuskan perhatian tim pada kebutuhan family
meeting. Perawat dapat menggunakan checklist
sebagai pengingat tertulis. Perawat dapat membantu menyusun jadwal dan lokasi
pertemuan, berdiskusi dengan keluarga tentang apa yang diharapkan dan bagaimana
cara mempersiapkannya, mengumpulkan dan memperkenalkan partisipan, dan membawa pertanyaan penting keluarga pada
dokter. Selain itu, perawat sering melakukan kunjungan ke pasien dan keluarga,
sehingga perawat dapat mengidentifikasi siapa keluarga yang mengjadi partisipan
utama dalam family meeting. Perawat
juga memainkan peran penting dalam meningkatkan konsistensi informasi yang
dapat membantu dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan kepuasan keluarga. Peran
perawat tersebut tidak hanya meningkatkan frekuensi dan ketepatan waktu family meeting tetapi juga kualitas dan
efektivitas pertemuan.
7. Libatkan
tenaga professional lain dan staff: pekerja sosial, agamawan, dan case
management.
Tim
ICU yang paling efektif adalah tim interdisiplin yang mencakup dan
mengintegrasikan kontribusi tidak hanya dokter dan perawat, tetapi juga tenaga
professional lain. Pekerja sosial memiliki keterampilan untuk mendengarkan dan
konseling emosional. Mereka juga ahli dalam managemen transisi seting pelayanan
dan sering kali membahas tentang melanjutkan atau menghentikan terapi. Mereka
juga dapat mencarikan bantuan finansial untuk pasien. Dukungan spiritual
merupakan kunci utama layanan perawatan paliatif yang berkualitas untuk pasien
dan keluarganya.
8. Berikan
reinforcement positf
Jika
meningkatkan frekuensi family meeting merupakan
tujuan utma, maka tenaga professional atau staff yang bekerja untuk mencapai
tujuan ini harus dihargai. Reinforcement positif tidak hanya memberikan
pengakuan dan penghargaan akan usaha, tetapi juga merupakan stimulus yang kuat
untuk mengulangi tindakan tersebut.
9. Mendukung
pelatihan keterampilan komunikasi
Dokter
yang memiliki keterampilan komunikasi dan pengetahuan yang relevan dengan topik
akan lebih mungkin memegang tanggung jawab untuk melakukan family meeting dari pada mereka yang tidak memiliki keterampilan
ini.
10. Konsultasi
dengan spesialis palliative care
Konsultan pada tim palliative care dapat mendukung
terselenggaranya family meeting.
Mereka dapat membantu mengidentifikasi dan menghubungi partisipan,
mengkoordinasikan jadwal, dan mengatur
hal lainnya. Perawat paliatif memerlukan pengetahuan dan pelatihan keterampilan
untuk melakukan family meeting,
mengatasi distress emosional seperti depresi, kecemasan, dan berduka. Spesialis
palliative care juga memiliki keterampilan dalam mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan pada pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
Foreman,
M.D., Milisen, K., Fulmer, T.T. 2010. Critical Care nursing of Older Adults :
Best Practices 3rd ed. New York: Springer Publishing Company.
Gay,
E.B., Pronovost, P.J., Bassett, R.D., Nelson, J.E. 2009. The Intensive Care Unit
Family Meeting: Making It Happen. Journal
of Critical Care 24 : 629.e1–629.e12.
Nelson,
J.E., Walker, A.S., Luhrs, C.A., Cortez, T.B., Pronovost, P.J. 2009. Family Meetings
Made Simpler: A Toolkit for the Intensive Care Unit. Journal of Critical Care 24 : 626.e7–626.e14.
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
Boleh kah minta literatur kusus family meeting?
BalasHapus